chemistry for peace not for war

hanya DIA yang dapat menghentikan hatiku

Tag Archives: tata nama senyawa kimia

tata nama senyawa kimia

Tata Nama Senyawa Biner

Senyawa biner merupakan yang tersusun dari dua unsur. Unsur tersebut dapat berupa logam dengan non logam atau keduanya non logam.

Tata Nama Senyawa Biner Logam-Nonlogam


Untuk senyawa biner yang terdiri dari logam dan nonlogam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi atau senyawa ionik penamaannya adalah unsur logam ditulis atau disebutkan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh unsur non logam ditambah akhiran –ida. Beberapa contoh senyawa biner logam dan non logam dapat dilihat pada tabel

Rumus molekul Nama Rumus molekul Nama
NaClCaCl2

Na2O

MgBr2

KBr

Al2S3

natrium kloridakalsium klorida

natrium oksida

magnesium bromida

kalium bromida

aluminium sulfida

Rb2SBa3N2

SrO

NaH

Mg3P2

rubium sulfidabarium nitrida

stronsium oksida

natrium hidrida

magnesium fosfida

Untuk unsur logam yang mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu (umumnya logam transisi), penamaanya adalah menulis atau menyebut nama logam terlebih dahulu diikuti dengan angka Romawi yang diberi tanda kurung kemudian diikuti dengan nama unsur nonlogam, ditambah akhiran –ida. Metode ini dikenal dengan sistem stock dan dapat dipakai untuk setiap senyawa biner dari logam dan nonlogam, namun pada senyawa ionik dengan satu bilangan oksidasi jarang digunakan bahkan tidak pernah disebutkan.

Angka romawi yang diberikan menunjukan bilangan oksidasi dari unsur logam. Oleh sebab itu, tidak lasim apabila angka romawi yang diberikan berada diantara logam dan non logam. Misalnya FeCl2 penulisan nama yang  benar adalah besi(II) klorida, bukan besi (II) klorida. Beberapa contoh penamaan senyawa menggunakan sistem stock seperti yang tertera pada Tabel.

Rumus Nama Rumus Nama
FeCl2FeCl3

CuCl2

CuCl

Fe2O3

PbO

besi(II) kloridabesi(III) klorida

tembaga(ll) klorida

tembaga(l) klorida

besi(III) oksida

timbal(II) oksida

PbO2SnCl2

SnCl4

SnO

Sn2O

timbal(IV) oksidatimah(II) klorida

timah(IV) klorida

timah(II) oksida

timah(I) oksida

Tata Nama Senyawa Biner Nonlogam

Untuk penamaan senyawa biner yang dbentuk dari dua unsur nonlogam penamaannya adalah menyebut atau menulis unsur yang cenderung bermuatan positif (umumnya memiliki bilangan oksidasi positif) kemudian diikuti dengan unsur yang cenderung bermuatan negati (umumnya memiliki bilangan oksidasi negatif), ditambah akhiran -ida. Berikut adalah urutan penulisan atau penamaan untuk senyawaan biner dari nonlogam:

B ─ Si ─ C ─ Sb ─ As ─ P ─ N ─ H ─ Te ─ Se ─ S ─ I ─ Br ─ Cl ─ O ─ F

Unsur-unsur yang ada disebelah kiri dari suatu unsur maka ditulis atau disebut terlebih dahulu.

Senyawa biner nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa dengan atom lain penamaan adalah menyebut atau menulis terlebih dahulu unsur yang cenderung bermuatan positif diikuti unsur yang cenderung bermuatan negatif ditambah akhiran -ida.

Contoh:

HCl : hidrogen klorida

H2S : hidrogen sulfida

Senyawa biner nonlogam yang dapat membentuk dua atau lebih senyawa dengan unsur yang sama, penamaannya menyerupai penamaan senyawa biner nonlogam, tetapi diawali dengan  menyebut awalan yang menyatakan jumlah atau banyaknya setiap unsur nonlogam. Meskipun banyak unsur nonlogam menunjukkan bilangan oksidasi yang berbeda, namun dalam penulisan atau penyebutan jarang jarang disebutkan atau ditunjukkan dengan angka Romawi. Awalan Yunani dan Latin untuk satu sampai sepuluh berturut–turut adalah mono, di, tri, tetra, penta, heksa, hepta, okta, nona, dan deka. Beberapa contoh senyawa biner nonlogam yang dapat membentuk dua atau lebih senyawa dengan unsur yang sama, seperti yang tertera pada Tabel.

Rumus Nama Rumus Nama
N2ON2O5

CO

CS2

SO3

SO2

dinitrogen monoksidadinitrogen pentaoksida

karbon monoksida

karbon disulfida

sulfur trioksida

sulfur dioksida

CCl4PCl5

SF6

Cl2O5

Cl2O7

As4O6

karbon tetrakloridafosfor pentaklorida

sulfur heksaflorida

dikloro pentaoksida

dikloro heptoksida

tetraarsenik heksosida

Tata Nama Senyawa yang terdiri dari Ion-Ion Poliatom

Tatanama berikut adalah untuk senyawa-senyawa yang terdiri dari anion dan kation poliatom. Untuk senyawa ion yang kationnya hanya mempunyai satu bilangan oksidas penamaannya adalah menyebut atau menulis nama kation terlebih dahulu sesuai nama unsurnya kemudian diikuti nama anion poliatomnya. Sedangkan untuk senyawa ion yang kationnya mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu, penamaannya adalah menyebut atau menulis nama kation terlebih dahulu dikuti dengan bilangan oksidasi kation yang ditunjukan dengan angka romawi yang diberi tanda kurung dan diikuti nama anion poliatomnya. Nama untuk beberapa ion  yang biasanya ditemukan dapat dilihat pada Tabel bagiam bawah sedangkan beberapa contoh senyawa yang dibentuk dari ion poliatom seperti yang tertera pada Tabel.

Rumus Nama Rumus Nama
Ba(NO3)2KCN

K2Cr2O7

FeSO4

Barium nitratKalium sianida

Lalium dikromat

Besi(II) sulfat

Fe2(SO4)3NiSO4

PbSO4

Na3PO4

Besi(III) sulfatNikel(II) sulfat

Tembaga(II) sulfat

Natrium fosfat

Kation Nama kation Anion Nama anion
Li+Na+

K+

NH4+

Ag+

Mg2+

Ca2+

Ba2+

Cd2+

Zn2+

Cu2+

Hg22+

Hg2+

Mn2+

Co2+

Ni2+

Pb2+

Sn2+

Fe2+

Fe3+

Al3+

Cr3+

Ion litiumion natrium

Ion kalium

Ion amonium

Ion magnesium

Ion kalsium

Ion barium

Ion kadmium

Ion seng

Ion tembaga(II) atau ion kuprat

Ion merkuri(I) atau ion merkurit

Ion merkuri(II)  atau ion merkurat

Ion mangan(II) atau  ion manganit

Ion kobalt(II) atau ion kobaltit

Ion nikel(II) atau ion nikelit

Ion timbal(II)  atau ion plumbit

Ion timah(II) atau  ion stanit

Ion besi(II) atau ion ferit

Ion besi(III)  atau ion ferat

Ion aluminium

Ion kromium (I) atau ion kromat

F‾Cl‾

Br‾

I‾

OH‾

CN‾

ClO‾

ClO2

ClO3

ClO4

CH3COO‾

MnO4

NO2

NO3

SCN‾

O2

S2

HSO3

HSO4

SO32‾

SO42

HCO3

CO32

CrO42

Cr2O72

PO43

AsO43

Ion fluoridaIon klorida

Ion bromida

Ion iodida

Ion hidroksida

Ion sianida

Ion hipoklorit

Ion klorit

Ion klorat

Ion perklorat

Ion asetat

Ion permanganat

Ion nitrit

Ion nitrat

Ion tiosianat

Ion oksida

Ion sulfida

Ion hidrogen sulfit atau ion bisulfit

Ion hidrogen sulfat  atau ion bisulfat

Ion sulfit

Ion sulfat

Ion hidrogen karbonat atau ion bikarbonat

Ion karbonat

Ion kromat

Ion dikromat

Ion fosfat

Ion arsenat

STOIKIOMETRI: rumus kimia, Rumus Empiris dan Rumus Molekul, persamaan reaksi, Hipotesis Avogadro

!!!!!!!!!TULISANNYA TIDAK BEGITU RAPI HARAP MAKLUM!!!!!!!!!!!!!!!

Rumus Kimia

                 Seperti yang telah disinggung rumus kimia merupakan salah satu ciri khas senyawa kimia. Rumus kimia suatu senyawa menyatakan lambang dan jumlah atom unsur yang menyusun suatu senyawa tanpa menyebut senyawa tersebut termasuk senyawa ionik atau kovalen. Rumus kimia sendiri terbagi menjadi rumus empiris dan rumus molekul.

                   Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa hanya terjadi perbedaan jumlah atom, sedangkan atom unsur penyusun senyawa tetap. Namun demikian beberapa senyawa memiliki rumus molekul dan rumus empirisnya yang sama, misalnya H2O (air) dan NH3 (amoniak).

                  Jumlah atom dalam suatu rumus kimia menyatakan jumlah mol dari unsur terkait, jadi rumus kimia suatu senyawa merupakan perbandingan mol atom unsur penyusun senyawa tersebut. Dari perbandingan atom atau perbandingan mol ini dapat ditentukan perbandingan massa dan % massa dari unsur-unsur yang menyusun senyawa tersebut.

                   Untuk memperjelas hal ini perhatikan contoh berikut! misalnya vitamin C yang mengandung asam askorbat dengan rumus molekul C6H8O6, maka:

· Rumus molekul C6H8O6

· Perbandingan mol atom unsur

C : H : O = 6 : 8 : 6

· Perbandingan massa unsur

C : H : O = 6 x Ar. C : 8 x Ar.H : 6 x Ar.O

= (6 x 12) : (8 x 1) : (6 x 16)

= 72 : 8 : 96

· Jumlah perbandingan = Mr

72 + 8 + 96 = 176

· % massa masing-masing unsur

clip_image002

clip_image004

clip_image006

Berikut adalah rumus untuk menghitung % massa unsur dalam senyawa

clip_image008

Contoh soal menentukan kadar unsur dalam senyawa

Berapa persen (%) C, O, N dan H yang terdapat dalam urea, CO(NH2)2, jika diketahui Ar.C = 12, Ar.O = 16, Ar.N = 28 dan Ar.H =1?

Jawab

Langkah penyelesaian

1. Tentukan mol masing unsur-unsur dalam senyawa

Atom C = 1 mol

Atom O = 1 mol

Atom N = 2 mol

Atom H = 4 mol

2. Dari mol atom tentukan massa masing-masing unsur dalam senyawa dengan cara: kalikan dengan atom relatif (Ar) masing-masing atom

Atom C = 1 mol x 12 g/mol = 12 g

Atom O = 1 mol x 16 g/mol = 16 g

Atom N = 2 mol x 14 g/mol = 28 g

Atom H = 4 mol x 1 g/mol = 4 g

3. Jumlahkan massa semua atom yang telah diperoleh untuk memperoleh massa molekul (massa molekul relatif) clip_image010

Atau dengan cara

clip_image012H

clip_image014

clip_image016

4. Tentukan % massa masing-masing unsur dengan cara:

Massa masing-masing atom dibagi dengan massa semua atom dalam senyawa (massa molekul relatif) kemudian dikali 100%.

Dengan cara ini diperoleh:

clip_image018

clip_image020

clip_image022

clip_image024

Jika terdapat 120 Kg urea maka massa N adalah sebesar = 46, 67% x 120 Kg = 56 Kg.

Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus Empiris

                Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan perbandingan terkecil jumlah atom-atom pembentuk senyawa. Misalnya senyawa etena yang memiliki rumus molekul C2H4, maka rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2.

                 Dalam menentukan rumus empiris yang dicari terlebih dahulu adalah massa atau persentase massa dalam senyawa, kemudian dibagi dengan massa atom relatif (Ar) masing-masing unsur. artinya untuk menentukan rumus empiris yang perlu dicari adalah perbandingan mol dari unsur-unsur dalam senyawa tersebut.

 

Contoh

Suatu senyawa mengandugn 64,6 g natrium, 45,2 g belerang dan 90 g oksigen. Jika diketahui Ar.N = 23, Ar.S = 32, ddan Ar.O = 16. Maka tentukan rumus empiris senyawa tersebut?

Jawab

clip_image026

Jadi rumus empiris senyawa tersebut adalah Na2SO4.

Rumus Molekul

                 Rumus molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan jumlah atom yang menyusun suatu senyawa. Misalnya: C2H4 (etena), CO(NH2)2 (urea) dan asam asetat atau asam cuka (CH3COOH). Rumus molekul dapat didefinisikan sebagai rumus kimia yang menyatakan perbandingan jumlah dan jenis atom sesungguhnya dari suatu senyawa.

               Dari rumus molekul asam cuka diketahui bahwa rumus molekul tersebut tidak ditulis C2H4O2. Beberapa alasan rumus molekul asam cuka tidak ditulis demikian yaitu

1. Untuk membedakan dengan senyawa lain yang memiliki jumlah atom penyusun yang sama misalnya metil format (HCOOCH3).

2. Rumus molekul menggambarkan struktur molekul. Artinya dari rumus molekul kita dapat menunjukan atom-atom saling berikatan. Pada molekul asam cuka atom C yang pertama mengikat 3 atom H dan 1 atom C berikutnya dan atom C berikunya mengikat 2 atom O kemudian 1 atom O mengikat 1 atom H.

Contoh soal menentukan rumus molekul dari rumus empiris

               200 g senyawa organik mempunyai massa molekul relatif = 180, senyawa ini terdiri dari 40% karbon, 6,6% hidrogen dan sisanya adalah oksigen. Jika diketahui Ar.C = 12, Ar.H = 1, dan Ar.O = 16. Maka tentukan rumus molekul senyawa ini?

Jawab

clip_image028

clip_image030

clip_image032

clip_image034

Jadi rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2O

Dari rumus molekul yang telah diperoleh maka rumus molekul dapat ditentukan sbagai berikut

CH2O)n

(Ar C x n) + (2.Ar H x n) + (Ar.O) = Mr senyawa

12n + 2n + 16n = 180

30n = 180

n = 6

jadi rumus molekulnya adalah C6H12O6.

Menentukan Rumus Empiris dan Rumus Molekul Berdasarkan Ar dan Mr

             Tentukan rumus molekul yang dimiliki senyawa dengan umus empiris CH, jika diketahui Mr senyawa tersebut adalah 78?

Jawab

Mr senyawa = (CH)n

78 = (12 + 1)n

78 = 13n

n = 6

jadi rumus molekul yang dimiliki senyawa tersebut adalah (CH)n = C6H6.

 

Contoh Soal

               Massa molekul relatif suatu senyawa organik yang memiliki rumus empiris CH2O adalah 180, jika diketahui Ar.C= 12, Ar.H =1 Ar.O = 16, tentukan rumus molekul senyawa tersebut?

Jawab

Mr senyawa = (CH2O)n

180 = (12 + 2+ 16)n

180 = 30n

n = 6

jadi rumus molekul yang miliki senyawa tersebut adalah (CH2O)n = C6H12O6

Persamaan Reaksi

              Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya, bahwa perubahan kimia yang terjadi pada materi disebut juga reaksi kimia. Reaksi kimia yang terjadi dapat berlangsung secara eksoterm dan endoterm. Reaksi berlangsung secara eksoterm bila reaksi yang terjadi disertai pembebasan sejumlah energi, sedangkan kebalikan dari reaksi eksoterm disebut reaksi endoterm. Energi yang terlibat dapat berupa energi cahaya, energi panas dan energi-energi yang lainnya.

                Pada reaksi kimia terdapat zat awal yang belum mengalami perubahan yang disebut reaktan atau pereaksi dan zat yang telah mengalami perubahan yang disebut produk atau zat hasil reaksi. Zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dapat berupa unsur dan senyawa. Rekasi yang dimaksud disini bukan reaksi fisi atau reaksi fusi, sehingga zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah zat-zat yang sama.

                Reaksi kimia yang terjadi biasanya tulis dalam bentuk persamaan reaksi. Persamaan reaksi merupakan pernyataan yang mengungkapkan atau menggambarkan suatu proses kimia dengan menggunakan rumus kimia. Karena itu penulisan persamaan reaksi harus dapat menyatakan fenomena kimia yang sebenarnya, dimana zat-zat yang bereaksi dan zat-zat hasil reaksi harus tergambarkan dengan jelas. Agar lebih jelas perhatikan reaksi yang terjadi antara gas hidrogen dan gas oksigen untuk membentuk air, yang digambarkan sebagai berikut:

clip_image036

Keterangan:

· clip_image038 tanda panah menunjukan arah reaksi. Dibaca membentuk atau menghasilkan atau bereaksi menjadi.

· Huruf kecil dalam tanda kurung yang setelah rumus kimia (yang ditulis miring) menyatakan wujud zat. Wujud zat dinyatakan dengan singkatan yakni

§ s (solid) untuk zat berwujud padat

§ l (liquid) untuk zat berwujud cair

§ g untuk zat berwujud gas

§ aq (aqueous, baca: akues) untuk zat yang larut dalam air.

· Bilangan yang mendahului rumus kimia (2 pada H2, 1 pada O2 dan 2 pada H2O) disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi untuk menyetarakan jumlah atom atau jumlah molekul atau jumlah ion sebelum dan sesudah reaksi.

 

             Pada contoh di atas dapat diketahui bahwa jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, hal ini disebut persamaan setara. Berikut adalah penjumlahannya:

· Jumlah atom H di ruas kiri = jumlah atom H di ruas = 4

· Jumlah atom O di ruas kiri = jumlah atom O di ruas = 2

Untuk keperluan tertentu, persamaan reaksi dibubuhkan atribut lain. Berikut adalah beberapa atribut yang biasa ditemukan pada persaaman reaksi:

· Warna zat

· Δ ada bawah atau atas anak panah= tanda proses pemanasan

·  = tanda kesetimbangan

· ΔH = harga perubahan entalpi

· E° = harga potensial elektrode

Tujuan dan Penyetaraan Persamaan Reaksi

             Tujuan dari penyetaran persamaan reaksi yaitu untuk memenuhi hukum kekekalan massa atau hukum Lavoisier dan teori atom Dalton. Hukum kekealan massa berbunyi “dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan setelah reaksi adalah tetap” dan tori atom dalton menyatakan “dalam reaksi kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta tetapi hanya terjadi penataan ulang”. Artinya jumlah dan jenis atom dalam reaksi kimia adalah tetap atau sama.

              Agar jumlah dan jenis atom yang terdapat pada reaktan dan produk tetap maka pada persamaan reaksi masing-masing spesi yang terlibat dalam reaksi kimia diberi koefisien yang sesuai. Seperti pada contoh pembentukan H2O koefisien reaksi menyatakan jumlah atom, jumlah ion ataupun jumlah molekul, namun selain itu kofisien reaksi juga menyatakan mol zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Misalnya contoh pembentukan air:

clip_image036[1]

                 Koefisien yang dimiliki menyetakan 2 mol gas hidrogen bereaksi dengan 1 mol gas oksigen membentuk 2 mol air atau 2 molekul gas hidogen bereaksi dengan 1 molekul gas oksigen membentuk 2 molekul air.

 

Berikut adalah langkah-langkah menulis persamaan reaksi dan penyetaraannya

              Misalnya logam aluminium bereaksi dengan gas O2 membentuk aluminium oksida. Tulislah persamaan reaksi dan penyetaraannya?

1) Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan wujud masing-masing spesies.

clip_image043

2) Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang rumus kimianya lebih kompleks).

Pada reaksi di atas spesi yang lebih kompleks adalah Al2O3 = 1

3) Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi koefisien 1.

Koefisien Al2O3 = 1

Maka Al diruas kanan = 2

Al diruas kiri = 1

Agar jumlah atom Al pada kedua ruas sama maka Al pada ruas kiri diberi kofisien 2. Mka persamaan reaksinya menjadi:

clip_image045

Atom O

Koefisien Al2O3 = 1

Maka atom O diruas kanan = 3

Jumlah atom O diruas kiri = 2

Agar jumlah atom O pada kedua ruas sama maka atom O pada ruas kiri diberi koefisien 3/2. Persamaan reaksinya menjadi:

clip_image047

Agar koefisien tidak dalam bentuk pecahan koefisien pada kedua ruas dikalikan dengan satu bilangan sehingga memberikan suatu bilangan bulat. Agar diperoleh bilangan bulat maka kedua ruas dikali 2, sehingga diperoleh persamaan reaksi yang setara dengan koefisien dalam bentuk bilangan bulat:

clip_image049

4) Biasanya oksigen disetarakan paling terakhir jika masih terdapat unsur-unsur lain.

Contoh

Reaksi gas metana (CH4) dengan gas oksigen membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Tulislah persamaan reaksi dan setarakan persamaan reaksi tersebut?

Jawab

1. Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan wujud masing-masing spesies.

clip_image051

2. Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang rumus kimianya lebih kompleks). Sedangkan koefisien yang lainnya disetarakan huruf sebagai kofisien sementara.

CH4 = 1, koefisien zat yang lain disetarakan dengan huruf, maka persamaan reaksinya menjadi:

clip_image053

3. Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi koefisien 1.

Dari reaksi tersebut unsur yang beriktan langsung dengan zat telah diberi koefisien 1 adalah C dan H.

penyetaraan atom C

Atom C diruas kiri = 1

Atom C diruas kanan = b

Maka jumlah atom C diruas kanan = b = 1

Penyetaraan atom H

Jumlah atom H di ruas kiri = 4

Jumlah atom H di ruas kanan = 2c

Maka jumlah atom H di ruas kanan atau harga koefisien c = 2c = 4, c = 2

Dari penyetaraan ini maka persamaan reaksi menjadi

clip_image055

4. Setarakan atom O

Jumlah atom O di ruas kanan = 2 + 2 = 4

Jumlah atom O di ruas kiri = 2a

Maka jumlah atom O di ruas kiri atau harga koefisien a = 2a = 4, a = 2

Maka persamaan reaksinya menjadi:

clip_image057

Catatan: koefisien 1 biasanya tidak ditulis, penulisan du atas dan untuk penyetaraan reaksi selanjutnya hanya untuk memberikan gambaran mengenai tahap-tahap penyetaraan saja.

 

Contoh

              Reaksi besi(III) oksida dengan larutan asam sulfat membentuk besi(III) sulfat dan air. Tulislah persamaan reaksi dan setarakan persamaan reaksi tersebut?

Jawab

1. Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan wujud masing-masing spesies.

clip_image059

2. Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang rumus kimianya lebih kompleks). Sedangkan koefisien yang lainnya disetarakan huruf sebagai kofisien sementara.

Koefisien Fe2(SO4)3 = 1 dan koefisien yang lain menggunakan huruf. Persamaan reaksi menjadi:

clip_image061

3. Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi koefisien 1.

Dari reaksi tersebut unsur yang beriktan langsung dengan zat telah diberi koefisien 1 adalah Fe, S dan O. Namun O disetarakan terakhir karena unsur O terdapat di lebih dari dua zat.

Penyetaraan atom Fe

Jumlah atom Fe di ruas kiri = 2a

Jumlah atom Fe di ruas kanan = 2

Maka jumlah atom Fe diruas kiri atau harga koefisien a = 2a = 2, a = 1

Penyetaraan atom S

Jumlah atom S di ruas kiri = b

Jumlah atom S di ruas kanan = 3

Maka jumlah atom S di ruas kiri atau harga koefisien b = 3

Persamaan reaksinya menjadi:

clip_image063

4. Setarakan atom lainnya. Atom O disetarakan setelah semua atom setara.

Penyetaraan atom H

Jumlah atom H di ruas kiri = 6

Jumlah atom H di ruas kanan = 2c

Maka jumlah atom H di ruas kanan atau harga koefisien b = 2c = 6, c = 3

Persamaan reaksinya menjadi:

clip_image065

5. Setarakan atom O. Karena semua atom telah setara, maka oksigen seharusnya telah setara juga. Untuk meyakinkan jumlah atom O pada kedua ruas telah setara, maka dilakukan penjumlahan atom O pada kedua ruas.

Jumlah atom O di ruas kiri = 3 + 12 = 15

Jumlah atom O di ruas kanan = 12 + 3 = 15.

Dari penjumlahan ini, terbukti jumlah atom O pada ruas kiri dan ruas kanan telah setara. Jadi persamaan reaksi setaranya adalah sebagai beriktu:

clip_image067

 

Contoh

               Reaksi antara tembaga dengan larutan asam nitrat encer menghasilkan tembaga(II) sulfat, gas nitrogen oksida dan air. Tulislah persamaan reaksi dan setarakan persamaan reaksi tersebut?

Jawab

1. Menulis rumus kimia atau lambang unsur dari reaktan dan produk dengan wujud masing-masing spesies.

clip_image069

 

2. Tetapkan koefisien salah satu spesi sama dengan 1 (biasanya spesi yang rumus kimianya lebih kompleks). Sedangkan koefisien yang lainnya disetarakan huruf sebagai kofisien sementara.

Koefisien Cu(NO3)2 = 1, dan koefisien yang lain menggunakan huruf. Persamaan reaksi menjadi:

clip_image071

3. Setarakan unsur yang terkait langsung dengan zat yang telah diberi koefisien 1.

Pada reaksi di atas, hanya Cu yang dapat langsung disetarakan yaitu a = 1. Untuk unsur yang lainnya walaupun terkait langsung dengan Cu(NO3)2 tetapi tidak dapat langsung disetarakan karena terdapat di lebih dari dua zat yang belum mempunyai harga korfisien. Maka untuk menyetarakannya ikuti persamaan-persamaan berikut:

· Menyetarakan atom N : b = 2 + c ……………………… (1)

· Menyetarakan atom H : b = 2d …………………………. (2)

· Menyetarakan atom O : 3b = 6 + c + d ……………… (3)

Dari persamaan-persamaan di atas nyatakan nilai c dan d dalam b, sebagai berikut:

· Dari persamaan (1), b = 2 + c berarti c = b – 2

· Dari persamaan (2), b = 2d berarti d = 0,5 b

Substitusikan nilai c cdan d ke dalam persamaan (3)

3b = 6 + c + d

3b = 6 + b – 2 + 0,5 b

1,5b = 4

b = clip_image073

nilai b yang telah diperoleh di substitusikan ke persamaan (1) dan (2) untuk memperoleh nilai c dan d. Maka nilai c dan d berturut-turut adalah      clip_image075

Maka persamaan reaksinya menjadi:

clip_image077

karena masih dalam bentuk pecahan maka dikalikan 3 sehingga diperoleh koefisien dalam bentuk bilangan bulat.

clip_image079

Sifat persamaan reaksi

a. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama

b. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama

c. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol. Khusus untuk yang berwujud gas perbandingan koefisien menyatakan perbandingan volume pada suhu den tekanannya sama.

Stoikiometri Reaksi

Hubungan mol dengan koefisien reaksi

              Seperti yang telah dijelaskan pada bagian-sebelumnya, koefisien zat dalam suatu persamaan reaksi menyatakan jumlah mol zat itu. Oleh sebab itu jumlah mol zat atau massa zat yang terlibat dalam suatu reaksi dapat ditentukan. Aspek kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam dalam reaksi inilah yang disebut stoikiometri reaksi. Stoikiometri reaksi ini sangat diperlukan terutama dalam merencanaakan banyaknya zat yamg akan dihasilkan dari suatu reaksi kimia dalam industri maupun dalam laboratorium.

                    Dengan mengeahui koefisien persamaan reaksi maka jumlah mol suatu zat dalam persamaan reaksi telah diketahui. Mol zat yang telah diketahui dapat digunakan untuk menentukan massa zat yang diperlukan dalam suatu reaksi. Karena hal tersebut koefisien reaksi disebut sebagai dasar stoikiometri reaksi.

 

Contoh

Logam aluminium yang dilarutkan ke dalam asam sulfat menghasilkan aluminium sulfat dan gas hidrogen, sesuai reaksi berikut:

clip_image081

Berapa mol mol gas hidrogen yang dihasilkan jika digunakan 0,5 mol aluminium yang dilarutkan dalam asam sulfat?

Jawab

clip_image083

clip_image085

artinya dengan melarutkan 0,5 mol aluminium menghasilkan 0,75 mol gas hidrogen.

Dari mol gas hidrogen yang telah diketahui dapat ditentukan massa hidrogen yang dihasilkan. Massa hidrogen dapat ditentukan dengan cara mengalikan mol hidrogen yang diperoleh dengan Mr.H2.

 

Contoh

Perhatikan reaksi berikut:

clip_image087

Berapa volume gas hidrogen (STP) yang terbentuk jika digunakan 5,4 gram Al? (Ar Al = 27)

Jawab

a) Setarakan reaksi kimia yang terjadi jika persamaan reaksi belum setara. Pada persamaan reaksi di atas telah setara sehingga tidak perlu disetarakan.

clip_image087[1]

b) Menyatakan jumlah mol zat yang diketahui, yakni aluminium.

clip_image089

c) Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan yakni gas H2.

clip_image091

clip_image093

d) Menentukan volume gas H2 yang dihasilkan

V = n x Vm

= 0,3 mol x 22,4 L mol‾1 = 6,72 L.

Hipotesis Avogadro dan Hubungan Volume dengan Koefisien Reaksi

                  Pada tahun 1811, Ameo Avogadro mengemukakan sebuah hipotesis yang mengatakan: “pada tekanan (P) dan suhu (T) yang sama, gas-gas yang memiliki volume sama mengandung jumlah molekul (jumlah mol) yang sama pula”.

Artinya pada P dan T sama, perbandingan volume gas-gas yang terlibat dalam suatu reaksi sama dengan perbandingan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Karena pada persamaan reaksi, koefisien menyatakan jumlah mol zat, maka volume gas yang terlibat dalam suatu reaksi sama dengan koefisien zat itu.

Hubungan antara koefisien suatu zat dengan volume dapat dirumuskan sebagai berikut:

clip_image120

Contoh

            Pada suhu dan tekanan tertentu 0,5 mol gas oksigen volumenya adalah 2 liter. Hitunglah volume dari 1,5 mol gas hidrogen pada suhu dan tekanan yang sama dengan gas oksigen tersebut

Jawab

clip_image122

clip_image124

clip_image126

clip_image128

 

Contoh

              Tentukan berapa volume gas belerang trioksida (SO3) yang dihasilkan dan berapa volume gas O2 yang dibutukan, jika direaksikan 1 liter gas belerang dioksida (SO2) dengan gas oksigen?

Jawab

Persamaan reaksi

SO2(g) + O2(g)            clip_image129           2SO3(g)

SO2 yang bereaksi = 1 liter

clip_image131

clip_image133

tahap-tahap pembentukan garam: NaCl

Tahap-Tahap Terbentuknya NaCl

  1. 1. Proses atomisasi natrium. Pada tahap ini padatan Na diubah menjadi atom-atom Na dalam fasa gas. Tahap ini berlangsung secara endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk memutuskan ikatan logam antara atom antara atom-atom Na yang terdapat dalam logam natrium.energi yang menyertai tahap ini disebut energi atomisasi, ∆HA. Pada tahap ini gas Cl2 tidak mengalami perubahan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Na(s) + 1/2Cl2(g) ––→ Na(g) + 1/2Cl2 ∆HA = 108,4 kJ/mol

  1. 2. Atomisasi klorin. Pada tahap ini gas Cl2 diubah menjadi menjadi atom-atom Cl dalam fasa gas. Pada tahap ini berlangsung secara endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk memutuskan ikatan kovalen antara atom 2 atom Cl. Energi yang menyertai reaksi ini disebut energi atomisasi atau energi disosiasi, ∆HD. Pada tahap ini atom Na tidak mengalami perubahan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Na(s) + 1/2Cl2(g) ––→ Na(g) + Cl(g) ∆HD = 120,9 kJ/mol

  1. 3. Ionisasi atom natrium. Pada tahap ini atom Na dalam fasa gas di ionisasi menjadi ion Na+ dalam fasa gas. Tahap ini berlangsung secara endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk mengatasi gaya tarik inti terhadap elektron yang akan di eksitasi sampai jarak tak terhingga (dilepaskan) dari atom Na. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi ionisasi, EI. Pada tahap ini atom Cl tidak mengalami perubahan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Na(s) + Cl(g) ––→ Na+(g) + Cl(g) IE = 495,4 kJ/mol

  1. 4. Ionisasis atom klorin. Pada tahap ini atom Cl dalam fasa gas diionisasi menjadi ion Cl‾ dalam fasa gas. Tahap ini berlangsung secara eksotermik karena gaya tarik inti atom Cl terhadap elektron yang akan memasuki atom tersebut lebih kuat dibandingkan gaya tolak elektron-elektron pada atom Cl terhadap elektron yang akan memasuki atom tersebut. energi yang menyertai tahap ini disebut afinitas elektron, EA. Pada tahap ini ion Na+ tidak mengalami perubahan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Na+(g) + Cl(g) ––→ Na+(g) + Cl‾(g) EA = -348,5 kJ/mol

  1. Pembentukan pasangan Na+Cl‾. Pada tahap ini ion Na+ dan ion Cl‾ membentuk pasangan ion Na+Cl‾ dalam fasa gas. Tahap ini berlangsung secara eksotermik karena terjadi gaya tarik antara dua ion dengan muatan yang berlawanan. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi pasangan ion, Uip (ion pair). Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Na+(g) + Cl‾(g) ––→ Na+Cl‾(g) Uip = -450,2 kJ/mol

  1. Pembentukan kisi kristal NaCl. Pada tahap ini pasangan ion Na+Cl‾ berubah menjadi kristal NaCl. tahap ini berlangsung secara eksotermik karena terjadi gaya tarik antara pasangan-pasangan ion untuk membentuk kisi kristal. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi kisi, U. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

Na+Cl‾(g) ––→ NaCl(s) U = -336,8 kJ/mol

Pembentukan kristal NaCl dari unsur-unsurnya dapat ditunjukan dengan persamaan reaksi berikut:

Na(s) + 1/2Cl2(g) ––→ NaCl ∆Hf = -410,8 kJ/mol

∆Hf diperoleh denggan menjumlah semua energi yang terlibat pada tahap-tahap pembentukan kristal NaCl secara tidak langsung di atas.

penggolongan senyawa ionik

Senyawa ionik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu

  1. Senyawa ionik sederhana, yaitu senyawa ionik yang mengandung ion-ion yang terdiri dari satu atom. Misalnya: NaCl, MgCl2, Na2O dan MgO.
  2. Senyawa ionik yang mengandung kation sederhana dan anion poliatomik. Misalnya K2SO4, NaNO3 dan K2[HgI2].
  3. Senyawa ionik yang mengandung kation poliatomik dan anion sederhana. Misalnya: NH4Cl, N(CH3)4Br dan [Ag(NH3)2]Cl.
  4. Senyawa ionik yang mengandung anion dan kation poliatomik. NH4NO3, (NH4)2SO4 dan [Co(NH3)6][Cr(CN)6]

Ion poliatomik adalah ion yang terdiri dari dua atau lebih atom dan dapat merupakan ion kompleks seperti [Co(NH3)6]3‾ dan [Cr(CN)6]3‾ atau ion bukan kompleks seperti NH4+, N(CH3)4+, NO3‾ dan SO42‾. Senyawaan biner ionik dari unsur-unsur logam golongan IA dan IIA dengan halogen semuanya bersifat ionik kecuali beberapa senyawaan dari berilium. Senyawa ionik sederhana dapat dibentuk dari:

  1. Golongan alkali (golongan 1 atau IA), kecuali H, dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

misalnya: LiH, LiBr, Li2O, Li2S, NaCl, Na2S, Na2O, KI, K2O, K2S, Rb2S, RbI, CsCl, CsTe.

  1. Golongan alkali tanah (golongan 2 atau IIA) kecuali berilium (berilium sering membentuk ikatan kovalen) dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

misalnya: BeS, BeSe, BeTe, MgS, MgSe, CaO, CaF2, SrO, SrF2, BaO, BaSe.

  1. Sebagian golongan 13 (IIIA), golongan 14 (IVA) dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

Misalnya AlN, AlP, TiC, TiO2, GaN, GeO2, SnO2, PbO2.

  1. Beberapa logam transisi yang bilangan oksidasinya rendah dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

Misalnya LaN, FeF, CoF2, NiF2, CuCl, CuCl2, ZnS, CdSe

Catatan: penggolongan benar tap contoh-contoh pada senyawa ion sederhana sebagian masih salah, secepatnya akan di perbaiki

Senyawa ionik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu

  1. Senyawa ionik sederhana, yaitu senyawa ionik yang mengandung ion-ion yang terdiri dari satu atom. Misalnya: NaCl, MgCl2, Na2O dan MgO.

  2. Senyawa ionik yang mengandung kation sederhana dan anion poliatomik. Misalnya K2SO4, NaNO3 dan K2[HgI2].

  3. Senyawa ionik yang mengandung kation poliatomik dan anion sederhana. Misalnya: NH4Cl, N(CH3)4Br dan [Ag(NH3)2]Cl.

  4. Senyawa ionik yang mengandung anion dan kation poliatomik. NH4NO3, (NH4)2SO4 dan [Co(NH3)6][Cr(CN)6]

Ion poliatomik adalah ion yang terdiri dari dua atau lebih atom dan dapat merupakan ion kompleks seperti [Co(NH3)6]3‾ dan [Cr(CN)6]3‾ atau ion bukan kompleks seperti NH4+, N(CH3)4+, NO3‾ dan SO42‾. Senyawaan biner ionik dari unsur-unsur logam golongan IA dan IIA dengan halogen semuanya bersifat ionik kecuali beberapa senyawaan dari berilium. Senyawa ionik sederhana dapat dibentuk dari:

  1. Golongan alkali (golongan 1 atau IA), kecuali H, dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

misalnya: LiH, LiBr, Li2O, Li2S, NaCl, Na2S, Na2O, KI, K2O, K2S, Rb2S, RbI, CsCl, CsTe.

  1. Golongan alkali tanah (golongan 2 atau IIA) kecuali berilium (berilium sering membentuk ikatan kovalen) dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

misalnya: BeS, BeSe, BeTe, MgS, MgSe, CaO, CaF2, SrO, SrF2, BaO, BaSe.

  1. Sebagian golongan 13 (IIIA), golongan 14 (IVA) dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

Misalnya AlN, AlP, TiC, TiO2, GaN, GeO2, SnO2, PbO2.

  1. Beberapa logam transisi yang bilangan oksidasinya rendah dengan golongan halogen (17 (VIIA)) dan oksigen (16 (VIA)) dan nitrogen.

Misalnya LaN, FeF, CoF2, NiF2, CuCl, CuCl2, ZnS, CdSe

MENGAPA JARI-JARI ION H+ BERNILAI NEGATIF

Semua ion memiliki jari-jari ion yang harganya selalu positif, kecuali ion H+. Jari-jari ion H+ adalah -24 pm untuk bilangan koordinasi 1 dan -4 pm untuk bilangan koordinasi 2. Mengapa ion H+ memiliki jari-jari yang berharga negatif? Berikut diberikan sebuah ilustrasi untuk HF.

Panjang ikatan HF adalah sekitar 92 pm. Sedangkan jari-jari ion F‾ sekitar 114,5 pm. Seandainya ikatan dalam HF adalah ikatan ionik maka panjang ikatan ioniknya merupakan jumlah jari-jari ion F‾ dan jari-jari ion H+. Jika dilakukan penjumlahan akan diperoleh -22,5 pm.

Jadi seandainya ikatan HF pada HF merupakan ikatan ionik maka jari-jari ion H+ yang diperoleh berharga negatif. Persoalannya mengapa diperoleh harga negatif. Berikut penjelasannya?

Pada waktu ion H+ dan ion F‾ membentuk ikatan. Ion H+ tidak dapat berada pada permukaan ion F‾, karena ion H+ memiliki daya polarisasi yang sangat kuat.

Daya polarisasi ion H+ adalah paling kuat dibanding daya polarisasi kation-kation yang lain. Akibanya ion H+ dan F‾ akan saling mendekati dan ion H+ menembus awan elektron dari ion F‾. Akibatnya jarak antara inti atom H dan F bertambah pendek dan rapatan elektron atau awan elektron ion F‾ yang awalnya berbentuk bola nberubah menjadi rapatan elektron milik atom H dan atom F secara bersama.

Dengan adanya hal ini ikatan yang terjadi bukan lagi ikatan ionik tetapi berubah menjadi ikatan kovalen. Sehingga panjang ikatan kovalen H─F merupakan jarak antara inti atom H dan inti atom F. Mendekatnya kedua inti atom menyebabkan panjang ikatan kovalen HF lebih pendek dibandingkan jari-jari ion F‾. Seandainya panjang ikatan tersebut merupakan jumlah antara jari-jari ion H+ dan ion F‾, maka jari-jari ion H+ harus berharga negatif.

Daya polarisasi ion H+ adalah paling kuat di dunia. Sehingga bila bereaksi dengan semua molekul netral atau semua ion negatif maka ikatan yang terbentuk selalu merupakan ikatan kovalen. Dan sampai saat ini belum pernah ada senyawa ionik yang mengandung ion H+.

Daftar Pustaka
Effendy. 2008. ikatan ionik dan cacat-cacat pada kristal ionik edisi 2. Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.

MENGUJI KEPOLARAN MOLEKUL

Untuk mengetahui apakah suatu senyawa bersifat polar atau non polar, ikuti percobaan berikut.

  • Siapkan sebuah buret dan beberapa zat yang akan dibuktikan kepolarannya.
  • Isilah buret dengan zat yang ingin diketahui sifatnya.
  • Bukalah kran buret, sehingga zat keluar pelan-pelan.
  • Dekatkan batang magnet atau penggaris plastik yang telah digosok-gosok pada kain sehingga terjadi magnet elektrostatis.
  • Amati!
  • Apabila tetesan zat ditarik ke arah magnet berarti zat itu merupakan senyawa polar demikian sebaliknya apabila zat yang keluar tidak tertari kearah magnet maka zat bersifat nonpolar.

senyawa terner, tata nama asam, basa dan garam

Senyawa Terner

Senyawa terner adalah senyawa yang disusun lebih dari dua unsur. senyawa terner meliputi senyawa asam, senyawa basa dan senyawa garam.

 

Tata Nama Senyawa Asam

Untuk semua senyawa asam penamaannya diawali dengan menulis atau menyebut kata asam. Senyawa asam terdiri dari atas atom hidrogen yang dianggap sebagai ion H+ (kation) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Namun perlu diingat bahwa senyawa asam merupakan senyawa kovalen. Misalnya H2SO4, asam sulfat merupakan senyawa kovalen, tetapi dalam dalam air dapat terurai menjadi H+ dan SO4‾. SO4‾  inilah yang disebut sebagai sisa asam sedangkan H+ merupakan asam. Perlu diketahui bahwa H+ merupakan asam paling kuat di dunia jika berlaku sebagai asam dan memiliki daya polarisasi paling kuat di dunia jika berlaku sebagai kation. Hingga saat ini belum ada senyawa ionik yang mengandung ion H+.

Senyawa asam terbagi menjadi:

1)      Senyawa asam anorganik: asam nonoksi dan asam oksi

2)      Senyawa asam organik: asam oksi

 

 

Tata nama Asan nonoksi

Asam nonoksi adalah asam anoganik yang tidak mengandung oksigen dalam rumus kimiamya atau asam yang tidak mempunyai yang tidak oksida asam dalam rumus kimianya.

 

 

Tata Nama Asam Oksi

Asam oksi artinya asam anorganik yang menandung oksigen atau asam asam anoorganik yang mengandung oksida asam dalam rumus kimianya. Selain oksigen biasanya terdapat pula hidrogen dan unsur nonlogam. Tata nama senyawa asam adalah sebagai berikut:

1)      Menulis atau menyebut kata asam.

2)      Asam oksi yang terdiri dari unsur nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa, penamaan atau penulisan diberi akhiran –at.

Misalnya: H2CO3 : asam karbonat (untuk teman-teman yang tau selain asam karbonat harap dikomentari)

3)      Asam oksi yang terdiri dari unsur nonlogam yang memiliki bilangan oksidasi (biloks) lebih dari satu dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa.

a)      Unsur nonlogam dengan bilangan oksidasi terendah atau mengandung jumlah oksigen sedikit, penamaan atau penulisan diberi akhiran –it

b)      Unsur nonlogam dengan bilangan oksidasi tertinggi atau mempunyai jumlah oksigen lebih banyak penamaan atau penulisan diberi akhiran –at

Contoh-contoh senyawanya adalah sebagai berikut:

 

Rumus kimia Nama Biloks Rumus kimia Nama Biloks
H2SO4

H2SO3

HNO3

HNO2

Asam sulfat

Asam sulfit Asam nitrat

Asam nitrit 

+6

+4

+5

+4

H2SeO4

H2SeO3

HBrO3

HBrO2

Asam selenat

Asam selenit

Asam bromat

Asam bromit

+6

+4

+5

+3

 

 

4)      Asam yang oksida asamnya berupa halogen disebut asam oksi halogen. Cara penmaan asam oksi halogen didasarkan pada perbedaan bilangan oksidasi atau jumlah oksigen yang ada. Urutan penamaan asam oksi halogen adalah sebagai berikut:

hipo ― it, ― it, ― at, per ― at

contoh

Rumus kimia Nama senyawa Biloks
HClO

HClO2

HClO3

HClO4

asam hipoklorit

asam klorit

asam klorat

asam perklora

+1

+3

+5

+7

 

 

 

Tata Nama Senyawa Basa

Senyawa basa umumnya terdiri dari kation dan suatu anion OH‾

1)      Basa yang terbentuk dari kation logam yang memiliki satu bilangan oksidasi (biloks). Misalnya alkali, alkali tanah, dan aluminium. Penamaan adalah dengan menyebut atau menulis nama logam terlebih dahulu ditambah kata hidroksida. Secara ringkas penamaannya adalah sebagai berikut:

nama logam + hidroksida

contoh:

NaOH = natrium hidroksida

LiOH = litium hidrooksida

Sr(OH)2 = natrium hidroksida

Ba(OH)2 = barium hidroksida

Ca(OH)2 = kalsium hidroksida

 

2)      Basa yang terbentuk dari unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu. Penamaannya adalah dengan menyebut atau menulis nama logam diikuti bilangan oksidasi dari unsur terkait yang ditulis menggunakan angka Romawi dalam tanda kurung kemudian ditambah kata hidroksida. Secara ringkas dapat ditulis sebagai:

Nama logam + biloks logam + hidroksida

Contoh:

Fe(OH)2 = besi(II) hidrooksida

Fe(OH)2 = besi(III) hidrooksida

CuOH =  tembaga(I) hidrooksida

Cu(OH)2 = tembaga(II) hidrooksida

Sn(OH)3 = timah(III) hidrooksida

Sn(OH)4 = timah(IV) hidrooksida

 

 

Tata Nama Garam

Garam merupakan senyawa yang terbentuk dari kation basa dan anion sisa asam.

1)      Garam yang terbentuk dari kation dan anion, dimana kation hanya memiliki satu bilangan oksidasi penamaannya adalah menyebut atau menulis nama kation terlebih dahulu diikuti nama anion sisa asamnya.

Contoh:

NaNO3 = natrium nitrat

Ca(NO3)2 = kalsium nitrat

 

2)      Garam yang terbentuk dari kation dan anion dimana kation memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu, penamaannya adalah menyebut atau menulis nama kation beserta bilangan oksidasinya yang ditulis menggunakan angka Romawi dalam tanda kurung kemudian diikuti nama anion sisa asamnya.

Contoh

Sn(SO4)2 = tembaga(IV) sulfat

CuS = tembaga(II) sulfat

 

CATATAN: tata nama senyawa yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu penulisan bilangan oksidasinya harus disambung dengan logam terkait bukan berada diantara kation dan anionnya. Hal disebabkan biloks tersebut milik unsur tersebut, bukan milik bersama atau milik unsur lain.

Misalnya:

CuS = tembaga(II) sulfat (benar)

CuS = tembaga (II) sulfat (salah)

 

senyawa hidrat dan tata nama senyawa hidrat

Senyawa tertentu dengan wujud kristal mampu mengikat uap air yang terdapat di udara. Ha ini disebabkan senyawa tersebut memiliki sifat higroskopis (menyerap air). Walaupun dapat menyerap air, kristal senyawa tersebut tidak berair karena molekul air dikililingi (dikurung) oleh kristal senyawa. Air yang terdapat dalam kristal suatu senyawa di sebut air kristal. Sedangkan senyawa yang mengandung air kristal disebut senyawa hidrat.

Penamaan senyawa hidrat adalah: menulis atau menyebut nama kation (untuk unsur dengan bilangan oksidasi lebih dari satu: bilangan oksidasi di tulis menggunakan anggka Romawi setelah nama kation) diikuti nama anion, diikuti jumlah molekul dalam bahasa Yunani dan ditambah kata hidrat.

Sacara ringkas penamaan senyawa hidrat adalah sebagai berikut:

Kation + Anion + Jumlah Air + Hidrat

Contoh

CuSO4·5H2O               =          Tembaga(II) sulfat pentahidrat

Na2CO3·10H2O           =          Natrium karbonat dekahidrat

CaSO4·2H2O               =          Kalsium sulfat dihidrat